Senin, Januari 12, 2009

Ojo Dumeh.......

Ojo dumeh kuwoso ....njur kumawoso,
Ojo dumeh sugih.......njur sumugih
Ojo dumeh iso ........njur sembrono
Ojo dumeh pinter.......njur.........kuminter lan minteri
Ojo dumeh ayu.....njur..........kemayu
Ojo dumeh bagus ........njur.........gumagus
Ojo dumeh ....ojo dumeh
dumeh....ojo.....dumeh ...ojo
yen ...dumeh.....bakal ciloko !

Telaga Sarangan


Telaga Sarangan, adalah tempat yang juga dikenal dengan telaga pasir ini adalah sebuah telaga alami yang terletak di kaki gunung lawu, di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.Berjarak sekitar 16 kilometer arah barat kota Magetan. Telaga ini luasnya sekitar 30 hektar dan berkedalaman 28 meter lumayan luas juga yach…!!! Dengan suhu udara antara 18 hingga 25 derajat Celsius (duh….. dingin bangeeeet), Tahu ga? Kalo telaga Sarangan mampu menarik ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya.


Telaga Sarangan merupakan obyek wisata andalan di Magetan. Di sekeliling telaga terdapat dua hotel berbintang, 43 hotel kelas melati, dan 18 pondok wisata.Di samping puluhan kios cendera mata, pengunjung dapat pula menikmati indahnya Sarangan dengan berkuda mengitari telaga, juga bias berfoto ria bersama artis kita… gak lain gak bukan yaitu si MONYET, atau mengendarai kapal cepat. Fasilitas obyek wisata lainnya pun tersedia, misalnya rumah makan, tempat bermain, pasar wisata, tempat parkir, sarana telepon umum, tempat ibadah, dan taman.

Keberadaan 19 rumah makan di sekitar telaga menjadikan para pengunjung memiliki banyak alternatif pilihan menu. Demikian pula keberadaan pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai souvenir telah memberikan kemudahan kepada pengunjung untuk membeli oleh-oleh. Hidangan khas yang dijajakan di sekitar telaga adalah sate kelinci.

Magetan juga tertolong dengan adanya potensi industri kecil setempat yang mampu memproduksi kerajinan untuk souvenir, misalnya anyaman bambu, kerajinan kulit, dan produk makanan khas seperti emping melinjo dan lempeng (kerupuk dari nasi).

Telaga Sarangan juga memiliki layanan jasa sewa perahu dan becak air. Ada 51 perahu motor dan 13 becak air yang dapat digunakan untuk menjelajahi telaga.

Telaga Sarangan memiliki beberapa kalender event penting tahunan, yaitu labuh sesaji pada Jumat Pon bulan Ruwah, liburan sekolah di pertengahan tahun, Ledug Sura 1 Muharram, dan pesta kembang api di malam pergantian tahun.

Pemkab setempat tengah membuat proyek jalan tembus yang menghubungkan Telaga Sarangan dengan obyek wisata Tawangmangu di Kabupaten Karanganyar. Proyek pelebaran dan pelandaian jalan curam yang menghubungkan dua daerah tersebut diharapkan selesai tahun 2007 yang lalu.

Obyek wisata ini dapat ditempuh dari Kota Magetan; dan lokasinya tak jauh dengan Air Terjun Grojogan Sewu, Tawangmangu (Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah).

Design by: SMARIKA poenya

STUDY LAPANGAN

BELAJAR DI LUAR KELAS

Berawal dari tuntutan materi pembelajaran Keanekaragaman Hayati yang amat banyak dan bervariasi, maka gita warga kelas X melakukan pembelajaran di luar kelas. Sekalian mengurangi kejenuhan di dalam kelas. Belajar di luar kelas? Bukankah itu biasa saja? dikebun, kolam atau disawah. Belajar di luar kelas kali ini luar biasa, karena dilakukan dikebun Raya Purwodadi yang luasnya berhektar - hektar dengan koleksi ribuan jenis tanaman.

Sekolah boleh swasta, tapi kualitas pembelajaran nggak boleh kalah dengan yang negri. Dikebun Raya Purwodadi kita bisa mengidentifikasi ciri – ciri dan macam berbagai jenis tumbuhan misal Paku – Pakuan, Anggrek, Tumbuhan Hutan Tropis dsb.

Selain kita dapat belajar dalam situasi alam yang segar dan menyenangkan, kita juga belajar bersosialisai, berkomunikasi, bertanggung jawab dan mandiri. Dalam pengamatan ciri dan macam tumbuhan kita dipadu oleh nara sumber dari Kebun Raya, jadi kita bisa melatih cara dan sikap berkomunikasi dengan orang yang masih asing. Kita dituntut untuk menjaga diri masing – masing baik diperjalanan maupun di lokasi dan kita juga dituntut menyelesaikan tugas tepat waktu.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari pembelajaran di luar kelas ini. Karena jarak yang lumayan jauh, kita harus berangkat pagi – pagi selepas sholat subuh dengan transportasi empat buah bus. Ini sudah menuntut kita untuk disiplin dan bertanggung jawab misalnya untuk bangun pagi, nyiapin barang bawaan, dan masuk ke bus masing – masing sesuai kelompok kita.

Di lokasi pengamatan kita harus pandai – pandai menjaga sikap, berkomunikasi dengan pemandu dan fokus pada pembelajaran. Begitu pula waktu kita jalan – jalan di mall, kita bisa nambah wawasan dan pengetahuan yang berharga. Semoga kegiatan ini membawa manfaat bagi kita semua, Amin…


Jumat, Januari 09, 2009

Lawang Sewu

Bangunan bersejarah yang terlantar

Berada tepat di depan tugu Pemuda yang bertempat di kota Semarang. Bangunan dengan model arsitektur yang hanya tinggal satu di dunia ini ternyata memiliki cerita yang cukup menarik. Bangunan ini dibangun oleh pemerintahan belanda pada tahun 1904 dan pada tahun 2004 kemarin tepat berumur 100 tahun. Sudah 100 tahun bangunan tersebut berdiri, namun arsitekturnya masih terlihat kokoh walaupun sudah ada sedikit lubang di sana-sini. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tua yang bersejarah, namun jika dilihat perawatan untuk bangunan ini sungguh payah sekali. Seharusnya perawatan bangunan ini lebih diperhatikan, karena sebenarnya bangunan ini bisa dijadikan objek wisata yang cukup eksotis. 511.JPGika bangunan ini dirawat dengan baik maka bangunan ini bisa menjadi salah satu tujuan wisatawan, dan jika Lawang Sewu menjadi salah satu objek wisata maka tidak akan pernah ada cerita tentang hantu yang menunggu Lawang Sewu. Semua cerita hantu-hantu itu muncul karena keadaan bangunan yang sangat mengenaskan yang membuat kesan angker. Namun sebenarnya cerita-cerita itu bohong seperti yang dikatakan salah satu guide Lawang Sewu ibu Tini. Ibu Tini berkata “Cerita-cerita tentang hantu itu semua bohong, bahkan dulu banyak sekali paranormal yang kemari untuk mengeceknya namun mereka tidak menemukan apa-apa disini.” Memang dengan keadaan bangunan yang sudah tua, tidak terawat, fisik tembok-tembok yang sudah terkelupas, dan banyak munculnya akar-akar pohon beringin yang berasal dari atas bangunan membuat bangunan ini memiliki kesan angker; namun sebenarnya jika bangunan ini diperbaiki kembali maka akan bagus seperti dulu kala.

Bangunan ini sudah berdiri sangat lama 100 tahun dan tidak dipungkiri lagi bahwa bangunan ini adalah saksi bisu perjuangan bangsa indonesia tepatnya di kota Semarang. Seharusnya bangunan ini dirawat dengan baik dan tidak diterlantarkan seperti ini. Karena bangunan ini adalah salah satu situs bersejarah yang merupakan Land Mark kota Semarang. Bangunan ini dapat dikatakan land mark karena keunikan arsitekturnya yang tidak ada duanya di dunia.

111.JPGLihat saja bagunan ini dibangun dengan planning yang matang, contohnya adalah sistem pembuangan air yang ada didalam gedung. Sistem pembuangan air ini salah satu bagian yang unik dari bangunan ini, di mana dulu teryata belanda telah mengetahui bahwa di daerah Semarang ini akan sering banjir jika laut sedang pasang naik. Jadi arsitek belanda telah mempersiapkan segalanya yaitu sistem pembuangan air yang berada di dalam gedung, dimana sistem ini akan berfungsi jika gedung sudah terendam air. Teryata sistem itu berfungsi dengan baik, saat terjadi banjir maka air tidak akan pernah mencapai ruangan utama karena air sudah duluan keluar melewati sistem pembuangan air. Sungguh unik sekali bangunan ini, dan ada satu lagi yang tidak kalah uniknya dari saluran air bawah tanah itu. Yaitu banyaknya pintu di dalam gedung ini yang menyebabkan bangunan ini disebut Lawang Sewu yang artinya seribu pintu. Nama ini bukan hanya istilah saja namun memang benar-benar berdasarkan keadaan yang ada pada bangunan tersebut. Jadi kalau kesana anda bisa mencoba menghitung jumlah pintu yang ada di dalam bangunan itu, dan anda boleh percaya atau tidak ternyata jumlah pintu bangunan itu genap 1000 buah. Menurut beberapa pengunjung yang datang mengatakan, “faktor banyaknya pintu di Lawang Sewu itu juga yang membuat kesan angker”. Jadi memang tempat ini memiliki banyak faktor pendukung untuk mendapatkan nominasi salah satu tempat angker di jawa.

1011.JPG

Banyak cerita yang unik tentang bangunan Lawang Sewu ini selain cerita-cerita diatas. Menurut salah satu orang tertua di daerah Semarang ini yaitu Pak Rahman itu mengatakan. “Lawang Sewu ini juga salah satu bangunan tua yang bersejarah namun sayang perawatannya sangat mengenaskan sekali.” Menurut pak Rahman yang merupakan guide klenteng Sam Poo Kong itu mengatakan bahwa bangunan Lawang Sewu itu dulu milik pemerintahan Belanda namun sekarang sudah menjadi milik bangsa Indonesia dan dimiliki oleh PJKA ( Perusahaan Jawatan Kereta Api ). Namun kemarin tempat tersebut sempat dipakai untuk KODIM ( Komando Distrik Militer ), namun ternyata bangunan itu tidak terurus kembali dan akhirnya bangunan itu kembali di handle oleh PJKA kembali. Namun banyak cerita yang beredar PJKA sekarang sudah semakin susah untuk melakukan perawatan gedung karena untuk membayar pajak tanahnya saja PJKA sudah susah payah. Harga pajak tanah untuk bangunan Lawang Sewu ini ternyata sangat mahal, hampir semahal harga pajak tanah di daerah Thamrin di jakarta. Oleh karena itu keadaan gedung Lawang Sewu tersebut makin lama makin mengenaskan. Bahkan dulu gedung Lawang Sewu itu hampir dirobohkan dan digantikan dengan bagunan baru. Sebenarnya ceritanya agak unik hingga akhirnya gedung Lawang Sewu ini tetap berdiri sampai sekarang. Dulu waktu mantan presiden Soeharto masih menjabat menjadi presiden di Indonesia, salah satu putrinya menginginkan bangunan Lawang Sewu di robohkan dan digantikan dengan sebuah hotel namun rencana tersebut akhirnya batal karena bapak presiden Soeharto terlanjur harus turun dari jabatannya. Hampir saja salah satu bangunan bersejarah hilang begitu saja dan digantikan oleh bangunan hotel, namun ternyata keadaaan berkehendak lain. Seharusnya kita ini lebih memperhatikan hal-hal seperti sejarah, dan budaya asli kita. Kita boleh berpikiran seperti orang barat, menggunakan alat-alat canggih, memakan-makanan fast food dan bergaul dengan orang-orang dari negeri yang berbeda. Namun kita sebagai warga, masyarakat, pribadi, dan orang Indonesia kita tidak boleh lupa dari mana kita berasal dan jati diri kita. Karena bangsa yang hebat adalah bangsa yang mau menerima kebudayaan lain dan tidak pernah melupakan kebudayaan sendiri yang merupakan jati diri mereka sendiri.

14.JPG

Menurut banyak cerita, di lokasi-lokasi foto ini banyak terjadi hal-hal mistis

16.JPG




By. SMARIKA@Design.com

Sinopsis Buku Laskar Pelangi

Beberapa waktu ini Tetralogi Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata kian mewangi kembali. Ada apa gerangan? Yup, betul. Buku pertama dari tetralogi tersebut, Laskar Pelangi kini diangkat ke layar lebar.

Bagi yang sudah membaca bukunya mungkin menonton film laskar pelangi bukan sesuatu yang rumit untuk dipahami. Tapi, bagi yang belum pernah baca bukunya berikut aye tulis sinopsis novel laskar pelangi yang aye dapet dari salah satu milis yang aye ikuti. Moga bermanfaat bagi pengembangan dunia pendidikan kita.

Diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya sendiri, buku “Laskar Pelangi” menceritakan kisah masa kecil anak-anak kampung dari suatu komunitas Melayu yang sangat miskin Belitung. Anak orang-orang ‘kecil’ ini mencoba memperbaiki masa depan dengan menempuh pendidikan dasar dan menengah di sebuah lembaga pendidikan yang puritan. Bersebelahan dengan sebuah lembaga pendidikan yang dikelola dan difasilitasi begitu modern pada masanya, SD Muhammadiyah-sekolah penulis ini, tampak begitu papa dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah). Mereka, para native Belitung ini tersudut dalam ironi yang sangat besar karena kemiskinannya justru berada di tengah-tengah gemah ripah kekayaan PN Timah yang mengeksploitasi tanah ulayat mereka.

Kesulitan terus menerus membayangi sekolah kampung itu. Sekolah yang dibangun atas jiwa ikhlas dan kepeloporan dua orang guru, seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga sangat miskin, berusaha mempertahankan semangat besar pendidikan dengan terseok-seok. Sekolah yang nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid itu, terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa bersekolah tak pernah mendapatkan rapor. Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan para donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin: gedung sekolah bobrok, ruang kelas beralas tanah, beratap bolong-bolong, berbangku seadanya, jika malam dipakai untuk menyimpan ternak, bahkan kapur tulis sekalipun terasa mahal bagi sekolah yang hanya mampu menggaji guru dan kepala sekolahnya dengan sekian kilo beras-sehingga para guru itu terpaksa menafkahi keluarganya dengan cara lain. Sang kepala sekolah mencangkul sebidang kebun dan sang ibu guru menerima jahitan.

Kendati demikian, keajaiban seakan terjadi setiap hari di sekolah yang dari jauh tampak seperti bangunan yang akan roboh. Semuanya terjadi karena sejak hari pertama kelas satu sang kepala sekolah dan sang ibu guru muda yang hanya berijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri) telah berhasil mengambil hati sebelas anak-anak kecil miskin itu.

Dari waktu ke waktu mereka berdua bahu membahu membesarkan hati kesebelas anak-anak marjinal tadi agar percaya diri, berani berkompetisi, agar menghargai dan menempatkan pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam hidup ini. Mereka mengajari kesebelas muridnya agar tegar, tekun, tak mudah menyerah, dan gagah berani menghadapi kesulitan sebesar apapun. Kedua guru itu juga merupakan guru yang ulung sehingga menghasilkan seorang murid yang sangat pintar dan mereka mampu mengasah bakat beberapa murid lainnya. Pak Harfan dan Bu Mus juga mengajarkan cinta sesama dan mereka amat menyayangi kesebelas muridnya. Kedua guru miskin itu memberi julukan kesebelas murid itu sebagai para Laskar Pelangi.

Keajaiban terjadi ketika sekolah Muhamaddiyah, dipimpin oleh salah satu laskar pelangi mampu menjuarai karnaval mengalahkan sekolah PN dan keajaiban mencapai puncaknya ketika tiga orang anak anggota laskar pelangi (Ikal, Lintang, dan Sahara) berhasil menjuarai lomba cerdas tangkas mengalahkan sekolah-sekolah PN dan sekolah-sekolah negeri. Suatu prestasi yang puluhan tahun selalu digondol sekolah-sekolah PN.

Tak ayal, kejadian yang paling menyedihkan melanda sekolah Muhamaddiyah ketika Lintang, siswa paling jenius anggota laskar pelangi itu harus berhenti sekolah padahal cuma tinggal satu triwulan menyelesaikan SMP. Ia harus berhenti karena ia anak laki-laki tertua yang harus menghidupi keluarga sebab ketika itu ayahnya meninggal dunia. Native Belitong kembali dilanda ironi yang besar karena seorang anak jenius harus keluar sekolah karena alasan biaya dan nafkah keluarga justru disekelilingnya PN Timah menjadi semakin kaya raya dengan mengekploitasi tanah leluhurnya.

Meskipun awal tahun 90-an sekolah Muhamaddiyah itu akhirnya ditutup karena sama sekali sudah tidak bisa membiayai diri sendiri tapi semangat, integritas, keluruhan budi, dan ketekunan yang diajarkan Pak Harfan dan Bu Muslimah tetap hidup dalam hati para laskar pelangi. Akhirnya kedua guru itu bisa berbangga karena diantara sebelas orang anggota laskar pelangi sekarang ada yang menjadi wakil rakyat, ada yang menjadi research and development manager di salah satu perusahaan multi nasional paling penting di negeri ini, ada yang mendapatkan bea siswa international kemudian melakukan research di University de Paris, Sorbonne dan lulus S2 dengan predikat with distinction dari sebuah universitas terkemuka di Inggris. Semua itu, buah dari pendidikan akhlak dan kecintaan intelektual yang ditanamkan oleh Bu Mus dan Pak Harfan. Kedua orang hebat yang mungkin bahkan belum pernah keluar dari pulau mereka sendiri di ujung paling Selatan Sumatera sana.

Banyak hal-hal inspiratif yang dimunculkan buku ini. Buku ini memberikan contoh dan membesarkan hati. Buku ini memperlihatkan bahwa di tangan seorang guru, kemiskinan dapat diubah menjadi kekuatan, keterbatasan bukanlah kendala untuk maju, dan pendidikan bermutu memiliki definisi dan dimensi yang sangat luas. Paling tidak laskar pelangi dan sekolah miskin Muhamaddiyah menunjukkan bahwa pendidikan yang hebat sama sekali tak berhubungan dengan fasilitas. Terakhir cerita laskar pelangi memberitahu kita bahwa bahwa guru benar-benar seorang pahlawan tanpa tanda jasa.

MOTHER DAY’S vs HARI IBU

22 Desember merupakan hari spesial badi kaum ibu.apalagi bagi mereka yang mendapat kado dari anaknya,,,,so sweet…

kita sebagai anak harus sangat berterimakasih pada beliau karena tanpa beliau kita tidak mungkin ada,seorang ibu yang tulus merawat kita dari masih dalam kandungan,sampai kita bias mengenal lingkungan sekitar kita.

Di dalam islam diajarkan bahwa orang pertama yang harus kita hormati didunia ini adalah ibu ….ibu…dan ibu , allah menyebutkan bahwa surga ada dibawah telapak kaki ibu ,maka hormati dan sayangilah dia,karena murka ibu murka allah juga ….

Hari Ibu di Tanah Air yang jatuh pada tanggal 22 Desember mempunyai akar sejarah dan makna jauh berbeda dari tradisi Mother’s Day model Barat. Momentum ini bertolak dari semangat pembebasan nasib kaum perempuan dari belenggu ketertindasan pada waktu itu.

Peristiwa ini terjadi pada momentum Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928 (dua bulan setelah Sumpah Pemuda) yang dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Tujuan kongres ini untuk mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan perempuan Indonesia dan menggabungkan organisasi-organisasi perempuan Indonesia dalam suatu badan federasi yang demokratis tanpa memandang latar belakang agama, politik, dan kedudukan sosial dalam masyarakat.

Sifat yang luas dan demokratis dari Kongres Perempuan I ini dibuktikan oleh ikutnya, antara lain, organisasi Wanita Utomo, Wanita Tamansiswa, Putri Indonesia, Aisyiyah, Jong Islamieten Bond bagian Wanita, Wanita Katholik, dan Jong Java bagian Perempuan.

Kongres ini adalah salah satu puncak kesadaran berorganisasi kaum perempuan Indonesia. Kongres Perempuan I ini berhasil merumuskan beberapa tuntutan yang penting bagi kaum perempuan Indonesia, seperti penentangan terhadap perkawinan anak-anak dan kawin paksa, tuntutan akan syarat-syarat perceraian yang menguntungkan pihak perempuan, sokongan pemerintah untuk para janda dan anak yatim, beasiswa untuk anak perempuan dan sekolah-sekolah perempuan.

Bila kita tilik, cakupan persoalan yang dibahas Kongres Perempuan I ini menunjukkan keluasan persoalan dan upaya memperjuangkan hak-hak kaum perempuan secara lebih baik pada waktu itu. Dan, yang cukup penting kita cermati adalah hasil keputusan kongres tersebut untuk mendirikan badan permufakatan bernama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) yang bertujuan menjadi pertalian segala perhimpunan perempuan Indonesia dan memperbaiki nasib dan derajat perempuan Indonesia.

Untuk mencapai maksud itu, ada rekomendasi-rekomendasi yang sangat maju bahkan untuk ukuran saat ini, seperti membuat kongres perempuan tiap tahun; mengupayakan beasiswa bagi anak-anak perempuan; menerbitkan surat kabar yang menjadi media perempuan Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak, kewajiban, kebutuhan, dan kemajuan kaum perempuan; mengirimkan mosi kepada pemerintah untuk memperbanyak sekolah bagi anak perempuan; dan menyediakan dana bagi para janda dan anak yatim.

PPPI mampu menyelenggarakan kongres-kongres hampir tiap tahun. Dari notula rapat yang dimuat dalam buku Peringatan 30 tahun Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia 1928-1958 bisa dilihat perkembangan mereka. Pada tahun 1930 kongres PPPI merekomendasikan berbagai kerja konkret yang lebih maju lagi, seperti menguatkan Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak-anak (P4A), menyelidiki kondisi kesehatan perempuan dan kematian bayi di pedesaan, membuat propaganda tentang dampak buruk perkawinan dini bagi perempuan, mendirikan kantor penyuluh perburuhan, hak-hak perempuan dalam perkawinan, mempelajari hak pilih bagi kaum perempuan.

Semua rekomendasi ini dibuat oleh gerakan perempuan Indonesia tiga perempat abad lalu dan tak bisa kita ingkari kekaguman kita terhadap mereka, serta rasa malu untuk melihat betapa mundurnya gerakan perempuan kita saat ini. Kampanye antiperdagangan perempuan dan anak yang sekarang baru menjadi tren di kalangan organisasi perempuan, sudah secara konkret menjadi agenda gerakan perempuan sejak 75 tahun lalu!

Makna historis penting lainnya dari Kongres Perempuan I adalah menjadi batu pertama yang menandai babak baru bangkitnya gerakan kaum perempuan Indonesia pada waktu itu untuk berorganisasi secara demokratis tanpa membedakan agama, etnis, dan kelas sosial.

Lebih jauh lagi, Kongres Perempuan I, yang hari berlangsungnya sekarang diperingati menjadi Hari Ibu, ini telah mengilhami gerakan perempuan di wilayah politik dan ekonomi untuk mencapai tahap yang cukup berarti. Buah perjuangan perempuan tersebut bisa dilihat dari pengakuan bahwa perjuangan gerakan perempuan adalah bagian tak terpisahkan dari perjuangan kemerdekaan nasional, seperti tercantum dari pidato-pidato dan kata sambutan pengurus pusat berbagai partai politik dan tokoh-tokoh Indonesia terkemuka pada Peringatan Ke-25 Hari Ibu pada tahun 1953. Buah-buah itu pun bisa dinikmati kalangan perempuan pada zaman itu, seperti hak pilih bagi perempuan, syarat perceraian yang menguntungkan pihak perempuan, serta dibukanya penitipan anak bagi pekerja pabrik dan buruh kebun.

PENETAPAN tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.

Berbagai bentuk perayaan Hari Ibu pada masa-masa itu juga sangat menarik untuk kita kaji kembali. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok.

Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung. Dan, bentuk-bentuk perjuangan tersebut tentu sangat berbeda dibandingkan dengan perayaan Hari Ibu pada masa kini yang mencerminkan domestifikasi kaum perempuan dan lebih merupakan perayaan budaya konsumerisme.

Sudah 76 tahun berlalu semenjak diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia I yang saat ini kita peringati sebagai Hari Ibu. Gerakan perjuangan mereka yang menyentuh kepentingan dan kemajuan konkret kaum perempuan bisa menjadi teladan bagi gerakan perempuan di masa kini. Ada banyak hal telah dicapai dan masih sangat banyak yang belum.

Tuntutan mereka masih aktual sampai sekarang karena sampai saat ini banyak kaum perempuan Indonesia belum mendapatkan hak-haknya dan persatuan gerakan perempuan di Indonesia belum terwujud. Bahkan, dalam konteks berorganisasi keberadaan organisasi perempuan sekarang ini harus diakui jauh tertinggal dari masa itu.

Adalah kewajiban penting dari gerakan perempuan dan gerakan rakyat saat ini untuk meneruskan tradisi maju yang telah diletakkan di Indonesia pada titik sejarah yang sangat bermakna itu…Tanpa harus meniru tradisi orang barat…yang kita kenal dengan mother day’s.

Republic of Cesar

Akhir Cerita Harry Potter

Ditulis dalam Hiburan by cesarzc di/pada Juli 23rd, 2007

Malas menunggu Buku Harry Potter ke 7 diterbitkan dalam Bahasa Indonesia? Berikut ini merupakan sinopsis akhir cerita dari Harry Potter yang dimuat pada buku ke 7. Isi tulisan ini disadur dari http://thezoostation.wordpress.com/ dengan perubahan seperlunya.


Penasaran dengan akhir cerita Harry Potter? Gosip yang beredar kan katanya Harry Potter akan mati (bunuh diri) supaya Voldemort ikutan mati. Tapi ternyata bukan begitu. Memang akan ada yang mati dari kelompok Orde Phoenix. Tapi bukan Harry, melainkan Mad-Eye-Moody. Di seri terakhir ini akan terungkap bahwa ayah dari Dumbledore (mantan kepala sekolah Hogwarts yang sudah meninggal) ternyata merupakan penyihir yang sangat membenci kaum Muggles. Semasa hidupnya cukup banyak juga ia membantai para Muggles. Karena kejahatan itulah Dumbledore senior menghabiskan sisa waktunya di Azkaban.


Atas permintaan Dumbledore kepada Kementrian Sihir; Harry akan menerima Pedang milik Godric Griffindor dan sebuah golden snitch. Pedang Griffindor akhirnya diketahui oleh Harry bahwa pedang itu adalah pedang palsu yang telah dimantrai, sedangkan pedang asli telah digunakan oleh Dumbledore untuk membunuh salah satu horcrux. Selanjutnya Harry, Ron, & Hermione akan berpetualang mencari pedang Griffindor yang asli. Sebuah patronus-lah yang akhirnya membimbing Harry untuk menemukan pedang yang mereka cari.


Sebuah tongkat sihir sakti (halah…) akan muncul di seri ini. Elder Wand. Tongkat inilah yang akhirnya akan membawa Voldemort pada kematiannya.
Kehebatan tongkat sihir ini, adalah jika digunakan oleh pemilik yang cocok maka tidak akan terkalahkan dalam pertarungannya.
Untuk menjadi pemilik sejati, maka seorang penyihir harus dapat mengalahkan pemilik sebelumnya.


Jika di seri sebelumnya, diceritakan bahwa Albus Dumbledore mati dibunuh oleh Severus Snape sehingga membuat para pencinta Harry Potter sangat membenci Snape, maka diseri ini diketahui bahwa Snape melakukannya atas permintaan Dumbledore sendiri.
Sebelum mati karena dibunuh oleh Voldemort, Snape memberikan memory ingatannya kepada Harry sehingga Harry dapat mengetahui cerita sebenarnya.
Dalam pertarungan dengan Harry, Voldemort akan tegas akibat sihir dari Elder Wand yang berbalik arah kepadanya. Jadi, sampai akhir ceritanya, Harry & kedua sahabatnya akan tetap hidup.


Diceritakan pula, pada tahun 2017, Harry yang akhirnya menikahi Ginny Weasley akan memiliki 3 orang anak yang diberi nama: James, Albus Severus, & Lily.
Ron & Hermione pun akhirnya menikah & memiliki 2 orang anak. Draco Malfoy memiliki 1 orang anak. Mereka semua bertemu di King’s Cross ketika akan mengantar anak2 mereka ke Hogwart.

Resensi Buku:

Judul buku: Go Ask Alice
Penulis: Anonim
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 187 halaman

Belum ada angka yang pasti, berapa jumlah nyata remaja korban obat-obatan terlarang ini di Indonesia. Fenomena gunung esnya itu emang bisa bikin kita terkejut, kalau data dari Yayasan Cinta Anak bangsa yang menyatakan, kota Yogya sebagai kota terbesar yang remajanya sebagai pecandu. Nyatanya Kota
Pelajar itu membuat kita berhenti tertawa dengan ungkapan tadi di atas.

Buat apa sih, kita bersusah payah baca diary seseorang yang tidak kita kenal. Untuk apa juga penerbit, mau maunya nyetak buku yang isinya cuman catatan harian doang? Emangnya dia itu Anne Frank, anak Yahudi yang punya diary yang jadi sumber sejarah? Who is Alice, anyway?

Well, Alice could be anyone, could be somebody (as) you know.
Buku ini jadi sangat menariknya karena Alice itu bukanlah siapa-siapa. Nyantumin diri sebagai anonim, bikin buku ini jadi buku superstar menjelang masuknya milenium baru kemaren.

Buku yang kita bahas ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama, dari buku aslinya, Go Ask Alice. Lalu ditambahin embel-embel taglines : “Buku Harian Seorang Remaja Pecandu Narkoba” plus anak kalimat ‘sebuah kisah nyata’ yang terkesan bombastik.

Oke, lah, saatnya kita berkenalan dengan penulis buku harian ini. Siapapun namanya, dia adalah remaja, yang genap berusia 15 tahun pada tanggal 20 September. Punya orang tua yang sejahtera, yang sangat mengasihinya, punya rumah yang bagus, hampir tak ada celah untuk bilang: dia tidak bahagia.

Itu di bagian luarnya saja. Selintas, temannya banyak, kadang masih bisa berkumpul dengan teman di sebuah pesta sekolah, nyaris seperti layaknya remaja kebanyakan lah! Tapi, sebenarnya dia sangat tertekan, penyendiri, sulit untuk mengendalikan diri, hingga ke soal kecil asmaranya dengan Roger yang akhirnya menyebabkan dia terjangkit penyakit self-destructive romance.

Pokoknya, yang terjadi di dalam lebih kompleks ketimbang gayanya yang terkesan remaja yang anteng.

Dari bahasanya, buku ini ditulis oleh remaja yang aslinya periang. Lalu, ngerambat ke dalam isinya, lembar demi lembar, bisa bikin merinding. Ketika dia depresi berat, dirawat karena pengaruh lysergic acid diethylamide (LSD) di rumahsakit ketergantungan obat, dia menulisnya tanpa tanggal yang tak tertera. “…Aku masih suka dihantui cacing-cacing, tapi aku sedang mencoba mengendalikan diri….. Kadang-kadang mereka begitu nyata, bahkan aku merasakan kehangatan dan licin tubuh mereka yang lembek dan gendut….dan setiap kali hidung atau salah satu bekas lukaku terasa gatal, aku mesti berusaha keras menahan diri supaya tidak menjerit-jerit minta pertolongan…” (hal 149)

Kehancuran fisik akibat pengaruh obat-obatan bukan hanya merontokkan rambutnya. Rautnya yang dulu ceria menjadi sembam, kerontokan gigi, dan silakan baca sendiri sejumlah akibat lainnya, pasti merinding! Asliii!!

Buku ini jadi lebih menarik lagi karena isinya hanyalah sebuah diari. Emosi si penulisnya masuk ke dalam tuturan bahasanya. Kebimbangan saat baru saja menolak tawaran teman dengan, “Ah, tidak terima kasih,” itu dilanjutkan dengan rasa penasaran khas remaja banget, dan sejumlah dilema seputar pergaulan dan lingkungan. Tanpa maksud menggurui, buku yang tidak mencantumkan nama asli, tahun kejadian, dan tempat yang spesifik diganti, atau disamarkan itu, membuat kita dekat dengan jalan ceritanya. Jujur, apa adanya, dan kena!

Saat dia bertahan, dan jatuh lagi ke jurang yang sama, dan jatuh lagi, diari inilah yang jadi peri pelindungnya. Buku setebal 187 halaman ini mencatat bagaimana dia bertahan, dan tetap bisa berdialog dengan dirinya
sendiri, agar tetap punya semangat untuk hidup. Dia meninggal dunia, setelah tiga minggu berhenti menulis diari bertanggal 21 September.

“Dulu kupikir aku akan membeli buku harian lain setelah kamu penuh, atau bahwa sepanjang hidupku aku akan selalu menulis di buku harian. Tapi, sekarang rasanya aku tidak ingin lagi….

Kisah Pi - Membuat Orang Percaya Pada Tuhan

"SAYA punya cerita yang bakal membuat Anda percaya kepada Tuhan," kata seorang tua pada Yann Martel saat sedang di India mencari sesuatu untuk dijadikan bahan novel. Dia sedang berharap mendapat hal hebat untuk ditulis. Kisah dengan orang tua itu membuatnya bertemu dengan Piscine Molitor Patel, yang sepenggal hidupnya terkatung-katung di Samudra Pasifik selama 227 hari di sebuah sekoci bersama seekor harimau royal bengal seberat 225 kg.

Waktu itu, Pi Patel berusia 16 tahun. Dia bersama keluarganya sedang dalam pelayaran pindah dari India ke Kanada. Samudra Pasifik adalah lautan terluas di dunia, sekitar 165 juta km persegi, alamnya ganas, cuaca, gelombangnya tak bisa ditebak; dan ’petualangan’ di sana bersama binatang buas tentu sebuah kisah sulit dipercaya. Bagaimana bila kisah Pi semata-mata kebetulan dan tidak ada bukti Tuhan pernah ikut campur tangan? Pi-dalam kekalutan menghadapi situasi terburuk, semangat mencintai Tuhan, mengasihi sesama makhluk dan mempertahankan nyawa-menganggap hidup dengan harimau di tengah lautan adalah pertunjukan sirkus paling hebat sedunia, tempat seorang pawang disoraki seluruh penonton karena berhasil mengalahkan segala rintangan, meski berdebar-debar takut tiba-tiba diserang.

Di situlah taruhannya. Orang diuji oleh keyakinannya. Orang religius seperti Pi diuji sepanjang waktu akan keyakinannya, apa Tuhan betul-betul sebagaimana diimaninya. Di puncak putus asa Pi pernah ragu, benarkah Tuhan bersama dia yang terkena bencana, diancam kematian, ketakutan, ketika harapan dan keyakinan nyaris tak ada gunanya. Saat berteriak-teriak minta tolong, kehabisan energi, tak seorang pun pernah mendengarnya, masihkah iman pantas dipertahankan atau Tuhan layak diseru? Dalam keadaan seperti itu rasanya Tuhan bukan merupakan hal penting.

Terlunta-lunta di lautan maha luas, nyaris tanpa kemungkinan selamat, sudah merupakan bencana mengerikan yang tak akan berani dibayangkan siapa pun; apalagi ditambah binatang buas yang kapan pun bisa memangsa, tak peduli orang bermaksud menyelamatkannya; sebab binatang tak punya akal, dan keduanya tak punya cara berkomunikasi. Satu yang sangat alamiah dalam buku ini ialah interaksi lama dengan binatang buas tidak membuatnya jadi manusiawi. Binatang tetap liar, berbahaya, memiliki dunia dan nasibnya sendiri, termasuk tak tahu cara berterima kasih. Wajar saat digesek perlahan-lahan oleh penderitaan, cobaan, tanpa harapan, di tepi kematian, keyakinan orang beriman melemah sedikit; tetapi begitu muncul harapan, iman kembali menguat, dan Tuhan hadir sebagai cahaya yang bersinar di dalam hati. Sangat wajar pula bila dalam keadaan tanpa harapan dan putus asa, diterjang penderitaan terus-menerus, seseorang berpaling kepada Tuhan.

DI samudra inilah Pi mengalami peristiwa paling buruk yang bisa dibayangkan orang, menghadapi titik terendah kehidupan. Dia bukan saja dicabut dari kenyamanan sebagai anak keluarga kaya, terpelajar, harmonis, terkemuka; kemudian diempaskan pada kenyataan seluruh keluarganya lenyap, yang tersisa dia sendiri, bersama kenangan, pikiran, ketakutan. Tanpa aba-aba dia diceburkan pada bahaya dan kepapaan sekaligus; bahaya di tengah alam yang tak tahu apa-apa selain insting dan keseimbangan; kepapaan bahwa satu-satunya hal tersisa yang layak diberikan seseorang kepada makhluk di dekatnya adalah kasih sayang.

Religiositas dan Tuhan adalah ’kawan lama’ sastra. Pertemuan keduanya kadang-kadang merupakan pergumulan tak terhindarkan. Confessions karya St Augustine, misalnya, merupakan salah satu karya klasik sumber khazanah agama dan sastra sekaligus. Indonesia juga terus-menerus melahirkan penulis religius dan pada saat bersamaan mampu mencapai titik estetika mumpuni. Amir Hamzah, YB Mangunwijaya, Kuntowijoyo, AA Navis, adalah satu-dua contoh penulis yang sama sekali tak membedakan apa mereka sedang berekspresi dalam ketaatannya sebagai pemeluk teguh atau tengah mencurahkan ekspresi sastra. Cerpen Robohnya Surau Kami (AA Navis) merupakan contoh bagaimana agama, religiositas, ketuhanan, diungkap dalam karya sastra dengan cara sangat bagus.

Apabila merupakan kelebihan, dalam sastra subjek Tuhan atau religiositas biasanya lebih mungkin diungkapkan secara indah, ekspresif, sering personal. Tuhan yang agung, sempurna, kadang-kadang terasa tiada bila dihadapkan kemalangan, dengan doa-doa tak terjawab. Tuhan kadang-kadang begitu jauh, tak terjangkau, namun pada saatnya dia begitu dekat, tak berjarak dengan jiwa seseorang. Di situlah ketika manusia terombang-ambing antara harapan dan keputusasaan, Tuhan kerap mengambil peran sebagaimana dipahami kaum beriman. Kata Ludwig Wittgenstein, "Percaya kepada Tuhan artinya sadar bahwa hidup memiliki makna."

MARTEL menceritakan kisah Pi ini dengan memesona, tampaknya bahkan berpotensi memaksa pembaca tak mampu menutup buku kecuali bila halaman berakhir. Dia bertutur lugas, memikat, detail luar biasa, studi zoologinya kaya, sisi humornya mengejutkan. Semua unsur itu membuat keterbacaan buku ini tinggi, bisa dinikmati siapa saja, tak terkecuali pembaca remaja pencinta Harry Potter. Martel nyaris habis-habisan mengeksplorasi genre realisme magis-genre sastra yang memadukan unsur fantastis dengan narasi realistis, dan secara bersamaan mengabstraksi akar persoalan sosial-yang kerap dinisbatkan menjadi ciri utama sastra poskolonial.

Dia menggunakan banyak sekali unsur poskolonial, mulai dari tokoh, setting, subject matter, konflik, dan sudut pandang realisme magis, memungkinkan Martel menghadirkan peristiwa supranatural dan mampu menyediakan beragam interpretasi multifaset. Bagaimana kesalehan yang aneh membuat Pi pernah mengalami beberapa kali ’penglihatan’ (visions), disalami seluruh isi alam sebagai manifestasi kesatuan kosmos; di saat lain karena ditindas putus asa berkepanjangan dia pun mengalami halusinasi, delusi, berkali-kali panik, hingga nyaris kehilangan akal sehat, termasuk ’berbincang-bincang’ dengan harimau menjelang dirinya sama sekali tak bisa berbuat apa-apa.

Di bagian pertama pembaca berkenalan dengan Pi yang mengesankan, saleh, luar biasa. Pi beda sendiri dalam keluarganya. Melakukan ritual tiga agama sekaligus pasti menimbulkan kontroversi dan kebingungan. Bersetting di India, yang sangat tepat dipilih karena memiliki akar agama begitu tua, dalam kepolosan seorang remaja mempertanyakan keagungan Tuhan, Pi membentur-benturkan pandangan tentang absolutisme agama. Jika Tuhan yang menciptakan agama, kenapa kita tak boleh mengambil semua jalan-Nya

Terlalu kecil.....

terlalu kecil..... berharap mengertiMu
terlalu kecil.....mengerti harapanMu
terlalu kecil ......bermimpi bersamaMu
terlalu kecil ........bersama mimpiMu
terlalu kecil........membandingkan kebesaranMu
terlalu kecil .......cil...cil....cil.... diriku dihadapanMu !

Refleksi akhir tahun

siapa yang hari ini sama( amalnya ) dengan hari kemarin termasuk orang yang rugi. siapa yang hari ini ( amalnya ) lebih jelek dari hari kemarin, maka termasuk orang yang celaka. Ini kiranya patut kita cermati di hari penghujung tahun ini supaya kita tidak termasuk kedua golongan orang tersebut.Mari kita petani ( jawa = petan) amal-amal jelek kita ( amal baik gak usah kita inget....) dan mari kita perbaiki di hari depan ini. ( eh...maaf ...kok kaya pak guru aja, sok ngajari ).Tapi kan kata pak Kyai kita harus amal ma'ruf nahi munkar kan ?Yah...di penghujung tahun , dan di awal tahun ini kita melakukan refleksi diri supaya hidup kita tidak merugi dan tidak celaka. Semoga Alloh memberi hidayah kepada kita. Amin.

Ojo Dumeh.......

Ojo dumeh kuwoso ....njur kumawoso,
Ojo dumeh sugih.......njur sumugih
Ojo dumeh iso ........njur sembrono
Ojo dumeh pinter.......njur.........kuminter lan minteri
Ojo dumeh ayu.....njur..........kemayu
Ojo dumeh bagus ........njur.........gumagus
Ojo dumeh ....ojo dumeh
dumeh....ojo.....dumeh ...ojo
yen ...dumeh.....bakal ciloko !

Menghargai Hidup

Hidup di dunia hanya sekali.Banyak orang tidak menyadari hal ini.Mereka terlena dengan kehidupan dunia, bahkan lupa bahwa nanti akan kembali ke alam abadi.Di sisi lain banyak pula yang tidak menghargai hidupnya sendiri.Mereka mengisi hidupnya dengan hal-hal yang tak berguna,bahkan menghinakan dirinya sendiri.Mereka berpikir setelah itu selesai.Padahal.....mereka harus mempertanggungjawabkan hidupnya di dunia !!! Lalu, bagamana menghargai hidup seindiri ?

  • sadari bahwa Anda nanti akan mati
  • isi hidup Anda dengan kebajikan
  • Kerjakan perintah Alloh dan jauhi laranganNya
  • Nikmati hidup ini sebagai karunia, jangan banyak menyesali diri
  • Perbanyak syukur kepada Alloh

Dengan hal-hal di atas niscaya hidup Anda bernilai dan berhrga !

bahasa dan sastra indonesia (resensi)

Kisah Pi - Membuat Orang Percaya Pada Tuhan


"SAYA punya cerita yang bakal membuat Anda percaya kepada Tuhan," kata seorang tua pada Yann Martel saat sedang di India mencari sesuatu untuk dijadikan bahan novel. Dia sedang berharap mendapat hal hebat untuk ditulis. Kisah dengan orang tua itu membuatnya bertemu dengan Piscine Molitor Patel, yang sepenggal hidupnya terkatung-katung di Samudra Pasifik selama 227 hari di sebuah sekoci bersama seekor harimau royal bengal seberat 225 kg.

Waktu itu, Pi Patel berusia 16 tahun. Dia bersama keluarganya sedang dalam pelayaran pindah dari India ke Kanada. Samudra Pasifik adalah lautan terluas di dunia, sekitar 165 juta km persegi, alamnya ganas, cuaca, gelombangnya tak bisa ditebak; dan ’petualangan’ di sana bersama binatang buas tentu sebuah kisah sulit dipercaya. Bagaimana bila kisah Pi semata-mata kebetulan dan tidak ada bukti Tuhan pernah ikut campur tangan? Pi-dalam kekalutan menghadapi situasi terburuk, semangat mencintai Tuhan, mengasihi sesama makhluk dan mempertahankan nyawa-menganggap hidup dengan harimau di tengah lautan adalah pertunjukan sirkus paling hebat sedunia, tempat seorang pawang disoraki seluruh penonton karena berhasil mengalahkan segala rintangan, meski berdebar-debar takut tiba-tiba diserang.

Di situlah taruhannya. Orang diuji oleh keyakinannya. Orang religius seperti Pi diuji sepanjang waktu akan keyakinannya, apa Tuhan betul-betul sebagaimana diimaninya. Di puncak putus asa Pi pernah ragu, benarkah Tuhan bersama dia yang terkena bencana, diancam kematian, ketakutan, ketika harapan dan keyakinan nyaris tak ada gunanya. Saat berteriak-teriak minta tolong, kehabisan energi, tak seorang pun pernah mendengarnya, masihkah iman pantas dipertahankan atau Tuhan layak diseru? Dalam keadaan seperti itu rasanya Tuhan bukan merupakan hal penting.

Terlunta-lunta di lautan maha luas, nyaris tanpa kemungkinan selamat, sudah merupakan bencana mengerikan yang tak akan berani dibayangkan siapa pun; apalagi ditambah binatang buas yang kapan pun bisa memangsa, tak peduli orang bermaksud menyelamatkannya; sebab binatang tak punya akal, dan keduanya tak punya cara berkomunikasi. Satu yang sangat alamiah dalam buku ini ialah interaksi lama dengan binatang buas tidak membuatnya jadi manusiawi. Binatang tetap liar, berbahaya, memiliki dunia dan nasibnya sendiri, termasuk tak tahu cara berterima kasih. Wajar saat digesek perlahan-lahan oleh penderitaan, cobaan, tanpa harapan, di tepi kematian, keyakinan orang beriman melemah sedikit; tetapi begitu muncul harapan, iman kembali menguat, dan Tuhan hadir sebagai cahaya yang bersinar di dalam hati. Sangat wajar pula bila dalam keadaan tanpa harapan dan putus asa, diterjang penderitaan terus-menerus, seseorang berpaling kepada Tuhan.

DI samudra inilah Pi mengalami peristiwa paling buruk yang bisa dibayangkan orang, menghadapi titik terendah kehidupan. Dia bukan saja dicabut dari kenyamanan sebagai anak keluarga kaya, terpelajar, harmonis, terkemuka; kemudian diempaskan pada kenyataan seluruh keluarganya lenyap, yang tersisa dia sendiri, bersama kenangan, pikiran, ketakutan. Tanpa aba-aba dia diceburkan pada bahaya dan kepapaan sekaligus; bahaya di tengah alam yang tak tahu apa-apa selain insting dan keseimbangan; kepapaan bahwa satu-satunya hal tersisa yang layak diberikan seseorang kepada makhluk di dekatnya adalah kasih sayang.

Religiositas dan Tuhan adalah ’kawan lama’ sastra. Pertemuan keduanya kadang-kadang merupakan pergumulan tak terhindarkan. Confessions karya St Augustine, misalnya, merupakan salah satu karya klasik sumber khazanah agama dan sastra sekaligus. Indonesia juga terus-menerus melahirkan penulis religius dan pada saat bersamaan mampu mencapai titik estetika mumpuni. Amir Hamzah, YB Mangunwijaya, Kuntowijoyo, AA Navis, adalah satu-dua contoh penulis yang sama sekali tak membedakan apa mereka sedang berekspresi dalam ketaatannya sebagai pemeluk teguh atau tengah mencurahkan ekspresi sastra. Cerpen Robohnya Surau Kami (AA Navis) merupakan contoh bagaimana agama, religiositas, ketuhanan, diungkap dalam karya sastra dengan cara sangat bagus.

Apabila merupakan kelebihan, dalam sastra subjek Tuhan atau religiositas biasanya lebih mungkin diungkapkan secara indah, ekspresif, sering personal. Tuhan yang agung, sempurna, kadang-kadang terasa tiada bila dihadapkan kemalangan, dengan doa-doa tak terjawab. Tuhan kadang-kadang begitu jauh, tak terjangkau, namun pada saatnya dia begitu dekat, tak berjarak dengan jiwa seseorang. Di situlah ketika manusia terombang-ambing antara harapan dan keputusasaan, Tuhan kerap mengambil peran sebagaimana dipahami kaum beriman. Kata Ludwig Wittgenstein, "Percaya kepada Tuhan artinya sadar bahwa hidup memiliki makna."

MARTEL menceritakan kisah Pi ini dengan memesona, tampaknya bahkan berpotensi memaksa pembaca tak mampu menutup buku kecuali bila halaman berakhir. Dia bertutur lugas, memikat, detail luar biasa, studi zoologinya kaya, sisi humornya mengejutkan. Semua unsur itu membuat keterbacaan buku ini tinggi, bisa dinikmati siapa saja, tak terkecuali pembaca remaja pencinta Harry Potter. Martel nyaris habis-habisan mengeksplorasi genre realisme magis-genre sastra yang memadukan unsur fantastis dengan narasi realistis, dan secara bersamaan mengabstraksi akar persoalan sosial-yang kerap dinisbatkan menjadi ciri utama sastra poskolonial.

Dia menggunakan banyak sekali unsur poskolonial, mulai dari tokoh, setting, subject matter, konflik, dan sudut pandang realisme magis, memungkinkan Martel menghadirkan peristiwa supranatural dan mampu menyediakan beragam interpretasi multifaset. Bagaimana kesalehan yang aneh membuat Pi pernah mengalami beberapa kali ’penglihatan’ (visions), disalami seluruh isi alam sebagai manifestasi kesatuan kosmos; di saat lain karena ditindas putus asa berkepanjangan dia pun mengalami halusinasi, delusi, berkali-kali panik, hingga nyaris kehilangan akal sehat, termasuk ’berbincang-bincang’ dengan harimau menjelang dirinya sama sekali tak bisa berbuat apa-apa.

Di bagian pertama pembaca berkenalan dengan Pi yang mengesankan, saleh, luar biasa. Pi beda sendiri dalam keluarganya. Melakukan ritual tiga agama sekaligus pasti menimbulkan kontroversi dan kebingungan. Bersetting di India, yang sangat tepat dipilih karena memiliki akar agama begitu tua, dalam kepolosan seorang remaja mempertanyakan keagungan Tuhan, Pi membentur-benturkan pandangan tentang absolutisme agama. Jika Tuhan yang menciptakan agama, kenapa kita tak boleh mengambil semua jalan-Nya